Kamis, 24 November 2016

Cinta Sepihak

Cinta Sepihak


Melihatmu adalah pemandangan terindah
Membuat hatiku semakin berdarah
Mengingatmu adalah penyiksaan terbaik
Membuat air mata deras menitik

   Mungkin memang kesalahanku
   Menjadikanmu alasan segala rindu
   Mungkin memang kesalahanku
   Tak pernah jatuh cinta selain padamu

Meraba Pelukmu adalah cambukan teristimewa
Membuat ragaku sakit oleh kecewa
Mendengarmu adalah simfoni paling meradu
Membias hati semakin rindu

    Denganmu…
    Jatuh cinta adalah patah hati yang menyiksaku
    Bersamamu Jugaa…
    Jatuh cinta adalah bahagia yang manisnya terpaksa


Aku kaku bagai sebatang kayu
Kau menggelora bagai api cemburu
Bersamaa kita akan menjadi abu
Usai terbakar habis berbekas pilu

-mex

Rabu, 27 April 2016

His Love



Tiga bulan bukan waktu yang sebentar dong buat menjalin hubungan dengan cowok super cuek dan juteknya minta ampun. Gatau deh kenapa gue bisa tahan sama sikapnya. Mungkin gue udah terlanjur sayang sama dia jadinya seperti kata orang orang cinta membuat kita bodoh.

Pagi ini dia bilang mau jemput gue untuk mengajak berangkat bareng ke sekolah. Tapi sudah hampir 30 menit dia tak kunjung datang. Kemana diaa. Apa dia lupa dengan perkataannya. 

"Ck kemana sih lo? Bisa telat nih. Tau gitu gue berangkat bareng bokap tadi." Ucapku sambil mencibir. "5 menit lagi lo gak dateng. Gue berangkat sendiri. Lo marah marah bodo lah" lanjutku.

5 menit kemudian...
'Waktunya berangkat' ucapku dalam hati.
'Dasar cowok suka banget ingkar janji. Gue tau lo pasti lupa. Dan bodohnya gue terlalu percaya sama lo' lanjutku dalam hati.

***

"Hosh hosshh... huhh udah telat gilaa. Untung gerbangnya belom di tutup"
Aku memasuki ruang kelas. Oo.oh miss lina mampus gue. Dengan tampang lecek aku memasuki kelasku.

"Dari mana saja kamu Pricilla? Kenapa baru datang? Sudah jam berapa ini? Kamu sengaja datang terlambat kan karena tidak mau mengikuti pelajaran saya?" Ucap miss lina dengan tampang galaknya.

'Buset dah nih orang tanya apa ngeborong. Mana pea lagi, masa iya gue sengaja terlambat. Mau cari mati apa?' Ucapku dalam hati.

"Sekarang kamu lari keliling lapangan  sampe jam saya selesai!"

"APAAAA??? kurangin dong miss"

"Kamu minta kurangin atau saya tambahin?"

"Ah iyaa. Saya lari sekarang miss" ucapku sambil meletakkan tas di bangku

"Kok lo bisa telat sih priss?" Tanya via

"Ntar gue ceritain. Gue mau ngejalanin hukuman dulu"

"Muka lo pucet priss"

"I'm okay viaaa" ucapki menoleh dan tersenyum ke arahnya.

'Gue khawatir sama lo priss. Pasti gara gara gabriel. Gue yakin itu! Lihat aja lo' ucapnya dalam hati dengan tatapan mata yang tajam.

***

Aku menjalankan hukuman dari miss lina. Huft.. sebodoh ini kah aku. Bela belain nunggu dia takut takut dia dateng saat aku sudah berangkat ke sekolah dan akibatnya sekarang aku yang di hukum.
SEMANGAT PRISS!
Sudah 3 putaran aku berlari mengelilingi lapangan ini. Lapangan sekolah ini bukan hanya 1-2 meter melainkan lebih dari itu. Aku terhenti pada putaran ke 5. Dadaku terasa nyeri. Kepalaku sakitnya luar biasa. Aku tidak melihat depan melainkan menundukkan kepala untuk mengusir rasa nyeri yang aku rasakan.

#Brukk aku merasa menabrak seseorang.

#dilainWaktu

jam kosong begini enaknya di isi dengan..... ah iyaa maen basket. Mumpung nggak ada guru ini kan. Aku beranjak dari tempat bangku ku. Dengan tampang cuek dan jutek yang udah jadi sifatku dari awal aku menginjakkan kakiku di sekolah ini dengan tetap terlihat cool menurutku. Aku berjalan menuju lapangan untuk bermain basket.

#Brukk Saat lagi asyiknya berjalan aku menabrak seseorang.

"Gimana sih lo jalan pake mata dong!" Ucapku dengan tetap stay cool. Aku memperhatikan siapa yang berada di depanku ini. Aku mengenal aroma tubuhnya. Aku memperjelas dengan mengangkat dagunya. DAMN! benar dugaanku. Dia pricilla kekasihku.

"ngapain lo disini?" Aku memperhatikan wajahnya yang pucat itu.
Dia tetap diam saja dan kembali menundukkan kepalanya.

"Gue lagi ngomong sama lo! Lihat gue!" Ucapku dengan tegas dan sedikit membentak nya.

arghh.. nyeri banget kampay! Bukan karena aku takut menatap wajahnya tapi aku tak mau menunjukkan wajah pucatku di hadapannya. Semakin aku menunduk rasa nyeri itu semakin merajalela. Aku sudah tak kuasa lagi menahannya dan #Brukk semua langsung gelap.

Aku yang berada di depannya langsung menangkap tubuhnya agar tak langsung menyentuh ke tanah. "eh lo jan pingsan dong! Nyusahin gue aja ck!" Ucapku sambil menggendong dan membawanya ke uks. Sesampainya di uks aku langsung menidurkan nya di atas kasur. Aku mengeluarkan ponselku dan mengetikkan pesan untuk seseorang.

To: Alvin
Tolong lo kasih tau cewek lo kalo temennya sekarang ada di uks. Cepet! Gapake lama!

Tak lama kemudian ada seorang cewek dengan wajah khawatir memasuki ruang uks. "Yaampun priss. Udah gue duga pasti bakal kejadian" ucapnya sambil membelai rambutnya.
Dia tak menganggap keberadaanku. Karena sudah ada temannya, aku memutuskan untuk meninggalkan ruang uks dengan tampang stay cool.

"Ck cowok macem apa lo? Bodohnya lo priss bisa sayang sama cowok kek dia" ucapku miris menatap cewek yang sedang terbaring lemah ini.

Erghh.. aku membuka mata ku perlahan dan mencoba menangkap cahaya di ruangan tersebut. "Gue dimana?"
"Lo di uks. Lo kenapa bisa telat? Di bohongin lagi sama si manusia es?"
Aku terdiam mendengar ucapan via. Di bohongin lagi. Seperti sudah terulang beberapa kali. Memang, mungkin sudah tak bisa aku hitung menggunakan jari.
Dia tak bohong soal lain tapi dia selalu ingkar janji. Janji untuk menjemput ku saat akan berangkat sekolah. Mengantarkan aku ke tempat les. Bukannya aku tak bisa berangkat sendiri. Tapi dia selalu memaksa aku untuk berangkat bersamanya. Tapi malah dia ingkar janji. Aku hanya tersenyum masam.

***

"eh bro kok cewek lo bisa pingsan?" Tanya alvin sohib gue.
"Auk!" Balasku dengan singkat.
"Dasar manusia es" ucapnya.

***

"Laper nih kantin yuk" ajaknya.
"Cuss. bayarin yakk" balasku sambil tersenyum jail.
"aqua ya" balasnya.
"Buat apa aqua?"
"Biar lo fokus" balasnya lagi.
"Dih kampay"

Aku berjalan memasuki kantin dan melihat ke penjuru kantin untuk mencari bangku yang kosong. Pandanganku terhenti pada dua orang anak manusia yang sedang asyik bercanda dan membuat dadaku kembali nyeri.
 Aku ada di sini kenapa kamu tega ngelakuin ini. Kamu anggep aku apa. Saat sama aku kamu jutek banget dingin seperti manusia es. Tapi dengannya kamu mampu tersenyum bahkan tertawa se lepas itu.
"Priss duduk situ yuukk. Mumpung kosong" ucapku sambil menunjuk bangku yang aku maksud. Pricilla tak kunjung menjawab aku menoleh dan melihat wajahnya yang sudah merah seperti orang menahan sakit yang teramat dalam. Aku mengikuti arah pandang matanya. Aku menangkap apa yang aku lihat. Aku paham apa yang pricilla rasakan. Aku merangkulnya dan mengajaknya untuk meninggalkan tempat itu. Aku mengajak ke taman belakang sekolah. Tempat yang sangat sepi, cocok untuknya untuk melepas semua kekesalannya.
"Lo nangis sepuas lo priss. Di sini cuma ada lo sama gue. Jangan di tahan lagi"
"Huaaaaaaaa...... hiks hiks. Gue terlalu bodoh atau dia yang jahat sih viaaa. Sakit banget. Ini lebih sakit daripada sikap dingin dia ke gue hiks hiks gue terlanjur sayang banget sama diaa"
Aku memeluknya untuk menenangkannya.
'Gue gak segan segan priss buat dia nyesel karena udah mainin perasaan lo kek gini. Gue gak takut sama dia. Gue terlalu sayang sama lo' ucapku dalam hati dan terus membelai rambutnya.

Dia melepaskan pelukannya. "Gimana udah lega?" Tanyaku sambil memegang kedua pundaknya.
Pricilla hanya menjawab dengan anggukan dan menghapus air mata nya.
Aku tersenyum. "Yaudah balik ke kelas yuk. Bentar lagi masuk" ajakku sambil merangkul bahunya.

Saat aku berjalan menuju kelas aku sempat melewati kantin dan melihat pemandangan yang sama seperti yang aku lihat tadi. Aku hanya tersenyum masam berusaha menguatkan diriku sendiri untuk tidak jatuh saat itu juga.
Aku berpapasan dengan Alvin pacar Sivia sekaligus sohib Gabriel.

"Hei cantikk" sapanya pada sivia. Sivia hanya membalas dengan senyum.

"Sivia doang yang di sapa? Gue manusia lho bukan patung selamat datang" ucapku sedikit bergurau.

"Heheh gue kirain lo patung pancoran priss" ucapnya meledekku.

"Kampay!! lo belom pernah kelilipan sepatu ya?" Ucapku dengan tampang evil.

"Weitss ampun priss. Gapernah dan gamau coba" ucapnya membuat sivia tertawa.

'Di saat lo lagi rapuh. Lo gamau ngelihatin ke orang orang kalo lo lagi rapuh. Lo hebat priss' pikirku sambil tersenyum.

****

Keesokan harinya aku berniat membuatkan sarapan untuk gabriel. Semoga lo suka. Pikirku sambil tersenyum. Aku memasukkan bekal ku ke dalam tas dan segera berpamitan kepada kedua orang tua ku.
Aku berjalan menyusuri koridor sekolah. Melewati kelas gabriel yaitu kelas 11 sastra 2. Aku memasuki kelasnya dan mendapati gabriel yang sedang memakai earphone di telinganya dan memejamkan matanya. Aku mengeluarkan bekal yang aku buat tadi dan meletakkan di atas meja tepat di depannya. Sepertinya gabriel merasakan kehadiranku. Ia membuka matanya dan melepas salah satu kabel earphone nya.

"Ngapain lo pagi pagi kesini?" Tanya nya.

"Gue kesini cuma mau ngasih ini. Gue tau lo belom sarapan. lo makan yah. Gue balik dulu" ucapku hendak beranjak dan meninggalkannya.

Langkahku terhenti ketika dia berbicara "nanti balik bareng gue!" dengan nada juteknya. Aku menganggukan kepalaku tanpa menoleh ke arahnya dan melanjutkan langkahku yang sempet terhenti.
Gabriel membuka makanan dan menemukan selembar kertas yang bertulis.

"Ini gue buatin buat lo. Semoga enak, dan lo suka. Jangan lupa di habisin ya :)"
                                             
                                             ~ Pricilla ~

Aku menyuapkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutku. Mengunyah perlahan. Seulas senyum mengembang di bibirku. Yah sepertinya aku mulai menyukainya.
Entah kenapa aku tidak bisa bersikap baik padanya seperti aku bersikap pada shilla teman kelasku.
Shilla memasuki kelas dan duduk pada bangkunya. Lalu ia menghampiri ku.

"Iyelll.. pulang sekolah nanti temenin gue shopping yaah" ucapnya dengan nada manja nya.

"Plissss" ucapnya sekali lagi.

Gabriel hanya mengangguk. Stop! Apa dia lupa dengan ucapannya pada pricilla beberapa menit yang lalu. Mengapa sekarang di menyetujui ajakan shilla dengan mudahnya. Bagaimana dengan pricilla nanti.

***

#Teeettttt!!!! Bel yang selalu di nanti hampir semua siswa. Beberapa siswa sudah berhamburan keluar kelas dan menuju ke parkiran.
Tidak dengan gadis ini, ia masih sibuk mengerjakan tugas hari ini.

"Priss lo gak pulang?"

"Nanggung vi. Bentar lagi. Kalo lo mau pulang, duluan aja. Lagian gue balik bareng gab"

"Lo yakin balik bareng si manusia es?" Pricilla hanya menganggukan kepalanya.

"Kalo ada apa apa hubungin gue yaa"

"Udah sanaa.. bukannya lo mau pergi sama si sipit?"

"Hehehe tau aja lo. Yaudah gue tinggal yaa. Yakin lo balik bareng dia?"

"Iyaaa viaaaaa udah sanaaaa"

"Dih gue diusir"

***

Sudah 1 jam pricilla menunggu gabriel di dekat post satpam. Tapi tak ada pak satpam disana mungkin dia lagi sholat atau lagi ngapain gitu. #plakk kenapa jadi ngomongin pak satpam. Back to the story.
Langit cerah berubah menjadi mendung. Sepertinya akan turun hujan. Tapi mengapa yang di tunggu tak kunjung datang. Apa dia lupa dengan ucapannya? Gabeiel... kenapa kau selalu beginii. Kau kekasihnya gabriel.. kenapa memperlakukan dia seperti ini?

Hujan deras mengguyur bumi ini. Tapi pricilla masih tetep setia nunggu kekasihnya padahal udah hampir 2 jam ia menunggu.
Pricilla menggigil tak karuan. Ia merapatkan cardigannya. Padahal badannya sudah basah kuyup. Tak ada sedikitpun area yang kering. Bibirnya membiru akibat kedinginan.

#dilainwaktu

'Mama Prissy Calling'
Sivia mengerutkan dahinya setelah melihat tulisan yang tertera di layar handphone nya.

'Hallo tante'
'...'
'Iyaa ada apa tan?'
'...'
'Enggak tan. Emang dia belom pulang'
'...'
'Enggak tan. Yaudah saya cari dia tan sekarang'
'...'
'Iya tan sama sama'


'Yaampun priss lo dimana sih. Kenapa lo belom pulang juga' pikirnya dalam hati dengan hati yang gelisah.

"Kenapa vi?"

"Prissy belom pulang" balasku dengan gelisah.

"Emang dia kemana?"

"Tadi katanya sih mau balik bareng manusia es"

"Iel maksud kamu? Setauku dia tadi pergi sama shilla"

"Apaa? Dia sama shilla? Terus pricilla? Balik ke sekolah sekarang vin"

"Tapi vi?"

"Ayolahhh"

SKIP @Sekolah

Aku bergegas turun dari mobil dan berlari menuju halaman sekolah untuk mencari pricilla. Alvin ikut menyusulku. Hujan deras mengiringi langkahku. Aku melihat seorang cewek yang sedang berdiri di dekat post satpam seperti pricilla. Aku mendekat kearahnya. Benar dugaanku dia pricilla. Yaampun wajahnya pucat banget.

"Priss ayo balik. Ini ujan gede banget" ucapku sedikit teriak karena hujan terlalu lebat.

"Enggak vi, gab belom dateng. Dia ngajak gue balik bareng" balasnya tak kalah kenceng. Badannya sangat menggigil. bibirnya membiru karena kedinginan.

"Priss dia gabakal dateng! Stop buat urusin dia! Ayo kita balik. Wajah lo pucet!"

"tapi vii"

"Gak ada tapi tapian sekrang lo balik gue sama alvin nganter lo" ucapku sambil sedikit memeluk bahu pricilla dan berjalan menuju mobil alvin.

"Matiin ac mobilnya vin"
Alvin hanya mengangguk. Dan mulai menjalankan mobilnya menerobos hujan.

***

 "Yel yang ini gimana?"

"Bagus shill"

"Kalo ini?"

"lo tuh pake apa aja tetep cantik shillaa"

"Heheh bisa aja lo"

"Yaudah deh gue kasir dulu ya"
Gabriel hanya menganggukan kepalanya dan merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya. Entah kenapa perasaannya menjadi sangat gelisah. Seperti ada sesuatu terjadi. Ia membuka ponselnya tak ada yang menarik. Ada apa sebenarnya. Mengapa hatinya terlihat gelisah sekali. Ia ingin cepat sampai rumah untuk menenangkan pikirannya.

"Yel udah nih. Lo kenapa?"

"Gue gapapa shill. Balik yuk capek gue"

"Dih tumben. Yaudah cuss"
 
~Keesokan harinya di sekolah

Pagi ini gabriel berangkat lebih pagi dari biasanya. Gatau kenapa. Sepertinya gabriel lagi pengen ketemu sama seseorang. Sesampainya di sekolah gue langsung jalan menuju ke lapangan buat maen basket. Sekolah masih sepi. Tatapan mata gabriel menyusuri setiap sudut lapangan. Gabriel gak menemukannya. Mungkin dia belom dateng. Gabriel  melanjutkan permainan basketnya.
Saat sedang asyik bermain tak sengaja gabriel melihat sivia dan langsung menghampirinya.

"Vi tunggu" ucapnya menghentikan langkah sivia.
Sivia mendongak melihat siapa yang memanggilnya. Sivia memutar kedua bola matanya."apaan?" Jawabnya dengan jutek.

"Engg.. pricilla telat ya?" Tanya gabriel dengan hati hati.

"Iya kali" balas sivia sambil mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Engg.. kok lo jutek banget sih gak perhatian sama sahabat lo"

"Hehh manusia es. Gaperlu ya lo ngajarin gue buat perhatian ke sahabat gue. Gue tau bahkan sangat tau caranya. Harusnya lo yang belajar bukan gue!" Balas sivia dengan tatapan tajam dan hendak meninggalkannya tapi ia terhenti kemudian berbalik 
"satu lagi JANGAN PERNAH LAGI DEKETIN PRICILLA!!! NGERTI LO?" Sivia langsung meninggalkan gabriel sendiri.

"Tuh cewek kenapa sih? Gue kan cowoknya. Kenapa gue gaboleh deket sama cewek gue sendiri?"

Hello gabriel lo kemana ajaa hahh baru ngakui pricilla cewek lo. Mabok lo selama ini. Berarti benar selama 3 bulan itu lo gapernah nganggep dia ada. Lo pikir dia transparan hah? Gab lo jahat parah (gue emosi maap gabfc).

***

#teeetttt!! Bel pulang sekolah telah di bunyikan. Siswa siswa berbondong bondong keluar kelas dan menuju ke parkiran. Begitupun dengan gabriel. Ia berlarian menuju parkiran tetapi panggilan seseorang menghentikan langkahnya.

"Yel"

"Eh vin ada apa?"

"Gue mau tanya sama lo"

"Tanya aja kali. Biasanya juga lo langsung ngomong tanpa permisi"

"Kemaren lo kemana saat pricilla kehujanan di sekolah?"

"Ha? Pricilla? Kehujanan? Ngapain dia hujan-hujan?"

"Ck! Lo bego atau pura pura lupa sih? Kata dia kemaren itu lo ngajakin dia balik bareng. Tapi lo nya gak dateng. dia nunggu lo di sekolah sampe kehujanan. Gue sebagai sohib lo cuma ngingetin. Jangan lo sia siain orang yang udah sayang banget sama lo cuma karna ego lo sendiri"

"Ehm.. vin?"

"Hm?"

"Lo tau darimana kalo dia kehujanan karena nunggu gue?"

"Kemaren pas gue lagi jalan sama via. Nyokap pricilla tlfon via, dia nyariin pricilla karena sampe jam 5 dia belom balik. Alhasil karena gue tau lo lagi jalan sama shilla kemaren. Via nyuruh gue puter balik ke arah sekolah. Dan gue ketemu dia dalam keadaan yang menggigil berat. Bibirnya membiru. Kalo kata pak satpam sih udah 3 jam dia berdiri di sana"

"Hahh?? 3 jam? Lo gak bohong kan vin?"

"Kalo gue bohong soal ini. Mana mungkin pagi tadi via marah banget sama lo dan nyuruh lo jauhin pricilla?"

Aku terdiam mendengar perkatan alvin barusan. Sejahat itu kah aku?

"Lo gak jenguk cewek lo?"

"Engg.. gue mau kesana sekarang"

"yaudah bagus kalo gitu. Gue balik dulu udah di tunggu via"

"Ehm vin tunggu"

"Kenapa?"

"Bantuin gue buat cari tau kesukaan pricilla dong"

"Lo kan cowoknya lo lebih berhak tau daripada gue. Jadi lo usaha sendiri deh. Byebye manusia es" ucapnya menepok pundakku dan meninggalkanku.

"Kamprettt. Sialan si kodok! Emang gue sedingin es gitu? Sampe di panggil 
manusia es? Ck" umpatku.

"ehmm.. gue bakal berusaha buat lo. Gue sayang sama lo priss"

Gabriel berlari menuju parkiran, sesampainya di sana ia langsung naik dan menarik gas motornya. Dalam sekejap suara motornya sudah lenyap tak terdengar.
Saat gabriel mengendarai motornya dengan kecepatan sedang ia melewati toko bunga. Seulas senyum terukir di bibirnya, dan ia langsung membelokkan motornya berjalan ke arah toko tersebut.
Ia membeli sebuket mawar putih. Dan langsung meninggalkan toko tersebut dan beralih ke tujuan awal.
Sesampainya di rumah pricilla ia memarkirkan motornya di samping mobil pricilla. Gabriel mengetuk pintu rumah pricilla. Belum ada tanda tanda akan ada yang membukakan pintu sampai sampai ada wanita paruh baya yang datang dari luar mungkin habis belanja.

"Eh cari siapa ya?"

"Pricilla nya ada?"

"Oh non pricil? Ada den dia lagi sakit. Aden temennya non pricil ya?"

"Iya bi, boleh saya jenguk bi?"

"Oh silahkan den. Mari masuk" ucap bibi itu sambil membukakan pintu rumah pricilla dan mempersilahkan gabriel menjenguk pricil.

"Orang tua pricilla kemana bi?"

"Oh tuan lagi kerja den. Nyonya lagi ke rumah sodara ada urusan katanya. Saya permisi ke belakang den"

"Eh iya bi"

Saat aku menyusuri setiap inci rumah itu. Aku menemukan pigora yang cukup besar dan disitu ada foto pricilla dengan keluarganya. Senyumnya terlihat sangat tulus. Aku merindukan senyum itu. Tak hanya foto itu, masih banyak lagi foto foto masa kecil pricilla hingga foto masa sekarang. Wajah lucu nya tak pernah berubah dari dulu sampai sekarang.
Aku berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai atas. *Pricilla's Room*

Aku membuka pintu itu perlahan agar tak menimbulkan suara yang dapat membangunkannya. Aku memasuki kamarnya yang tertata rapi dengan nuansa soft itu. Banyak boneka dan foto foto yang terpampang ketika memasuki ruangannya itu. Aku menghampiri tempat tidurnya. Dia sedang tidur. Wajahnya terlihat sedikit pucat, rasa bersalah menyelimuti ku. Kenapa aku begitu bodoh membiarkan nya menunggu ku sampai kehujanan begitu. 

Aku meletakkan buket ku di atas lacinya. Dan menemukan foto ku yang sedang bermain gitar di ruang musik. Yang ia letakkan di dalam pigora cantik. Ada juga foto fotonya bersama via. Pandagannya beralih pada seseorang yang sekarang sedang tertidur lelap di atas ranjangnya. Gabriel mendekatkan wajahnya pada wajah pricilla. Menyusuri wajah itu dengan usapan tangannya dengan jarak yang sedikit dekat dan mendaratkan kecupannya pada kening pricilla. Memberikan kecupan penuh rasa sayang sebelum ia meninggalkan ruangan itu.

***

Pagi ini pricilla masih belum boleh masuk sekolah karena badannya masih lemas. Tapi menurutnya dirinya sudah merasa lebih baik. Pricilla membuka matanya perlahan menangkap setiap cahaya yang mulai menyeruak masuk ke dalam ruangannya. Pricilla mengamati setiap inci kamarnya ia merasa seperti ada seseorang yang telah menjenguknya kemarin. Dan kedua matanya menangkap sebuket bunga kesukaannya yang telah bertengger di atas laci nya. Ia mengambil buket itu dan mendapati surat kecil di dalamnya. Mungkin dari pengirim.

'Hai cewek cerewet! Udah bangun ya? Gimana istirahatnya nyenyak banget keknya sampe gue dateng lo nya gasadar. Cepet sembuh ya gue minta maaf gara-gara gue lo jadi kek gini. Cepet masuk gue kangen lo'
                                             ~Gab

Pricilla membulatkan matanya setelah membaca pesan yang ada di dalam buket itu. Gab? Gab kesini? Jengukin gue? Kenapa gue gak sadar? Pricilla langsung keluar dari kamarnya dan memanggil bibinya.

"Bi kemaren ada yang kesini ya? Jengukin aku?"

"Iya non, orangnya ganteng baik gitu. Tapi bibi lupa tanya namanya"

"Engg.. ini bukan orangnya bi?" Tanya ku sambil menunjukkan foto gab dari ponselku.

"Iya dia orangnya non. dia baik banget non. Dia kemaren nemenin non lumayan lama gitu."

"Apa iya lo kek gitu?"

"Ada yang bisa bibi bantu lagi non?"

"Eh.. enggak bi. Makasih"

"Sama sama, saya permisi non"

Pricilla yang mendengar itu langsung senyum senyum sendiri. Pipinya berubah menjadi pink dia merasa senang sekali tau bahwa seseorang yang dia sayang menjenguknya. Pricilla kembali ke kamarnya dan memeluk buket bunga itu. Sebuket mawar putih dari orang yang amat ia sayangi.

Tapi... ia teringat bahwa ia sakit karena kebodohannya terlalu percaya pada laki laki itu. Ia takut, takut bahwa laki laki itu akan mempermainkannya lagi. Takut bahwa dia akan jadi cewek bodoh untuk kedua kalinya. Seketika senyuman itu berubah menjadi tangisan kecil. Air matanya kembali mengalir deras. Ia tersadar dan dengan cepat menghapus air matanya. 'Lo kuat priss. Jangan cengeng. Lo mesti yakin kalo gab memang sayang sama lo' seulas senyum mengukir di bibirnya meskipun tatapannya kosong pada foto yang ada di dalam lacinya.

Pricilla bergegas menuju kamar mandi dan mandi setelah itu ia mengganti pakaiannya dan beranjak menuju kedai favorite nya. Ia membeli eskrim favorite nya saat ia akan berbalik ia tak sengaja menabrak seseorang. Eskrim yang di pegangnya pun jatuh dan tumpah.

"yaahh jatoh"

"Eh maaf gue gak sengaja"

"Gab?"

"Pricilla?"

"Eh lo ngapain di sini? Bukannya lo lagi sakit? Kok lo makan eskrim sih?"
Pricilla cengo melihat gabriel bawel karenanya. Pipi nya bersemu pricilla menundukkan wajahnya. "Gue udah gapaa kok gue lagi pengen makan eskrim"

"Mas eskrimnya 2 yaa"

"Ini mas"

"Ini uangnya ambil aja kembaliannya"
Gabriel menarik tangan pricilla dan mengajaknya ke taman dekat kedai tersebut.

"Nih buat lo!"

"Tapi tadi lo kan..." ucapnya terhenti karena gabriel memotong ucapannya.

"Lo makan atau gue buang eskrimnya?"

"Eh iya jangan" balasku sambil memakan eskrimku. Pricilla yang sedang asyik makan eskrim tak sadar bahwa ada sepasang mata yang sejak tadi menatapnya. Pricilla mendongak menyadarinya. "Gab? Hello are you okay?"

"eh" gabriel tersentak. "Engg.. sorry tadi guee..." gabriel kikuk mencari alasan.

"Eskrim lo cair tuh. Sini gue bantuin" pricilla memegang eskrim yang juga di pegang gabriel dan membuat gabriel belepotan. Pricilla tertawa melihat wajah gabriel yang penuh dengan eskrim.

"Pricillaaaaaaaaaaaaaaaa" gabriel geram dan berteriak memanggil nama pricilla.

Pricilla berlari meninggalkan gabriel. Saat pricilla sedang menghindar dari gabriel dia melihat ada seekor kelinci putih yang sangat lucu. Ia menghampiri nya dan menggendong kelinci tsb.

"Ahhh kamu lucu banget. Kamu kok sendirian sihh. Maen sama aku yaa" pricilla menggendong dan membawanya ke gabriel.

"Gab lihat dong gue nemu apaaaa" ucap pricilla sambil mengusap bulunya.

"Kamu tuh yaa udah bikin muka aku kotor sekarang malah bawa kelinci. Gak minta maaf lagi" gabriel mencubit pipi pricilla.

"Aduhh iyaiyaa gue minta maaf deh yaa"

"Gak ikhlas tuh"

"Ihh lepas dulu sakitt" pricilla menggeleng geleng kan kepalanya agar cubitan gab terlepas dari pipinya. "Gab yang gantengg gue minta maaf yaaa.. lepasin dongg sakit nih"

"Cium dulu" ucapnya membuat pricilla cengo.

"Hah??"

"kenapa? Kan gue cowok lo. Gamau cium?"

"Ah tapi ituu ngg...."
Gabriel menahan tawanya. Ia tak tahan melihat wajah pricilla saat sedang salting karena nya.

"Eh itu kelinci punya siapa?"

"ah iyaa.. gue nemu tadi di sana"

"Balikin gih. Ntar yang punya nyariin lho"

"Gamau!" Pricilla memeluk kelinci itu seakan tak mau melepaskannya.

"Balikin yaa ntar aku beliin deh buat lo yang lebih lucu dari ini"

"Gamau gab! Suruh siapa yang punya ninggalin dia sendirian. Untung gue yang nemu. Kalo orang jahat gimana? Sampe kapanpun gue gak mau balikin ini sama yang punya. Sekarang dia punya gue"

"Kamu mau tinggal sama aku kan?? Mau kan? Mau dongg yaaayaa?" Ajak pricilla pada kelinci itu.
Gab hanya bisa menggeleng" kan kepalanya melihat tingkah gadisnya seperti anak kecil.

"Dasar kerasa kepala!" Gabriel mengacak rambut pricilla.

"Ihh berantakan gab" pricilla menggembungkan kedua pipinya. Membuat gabriel semakin gemas padanya. Gabriel menyadari ada sesuatu di hatinya yang membuat ia nyaman berada di dekat pricilla. Gabriel menyadari bahwa ia mencintai gadis di hadapannya ini. Cuma gadisnya yang bisa mencairkan es di hatinya. Membuatnya peduli terhadap sekitarnya. Gadisnya telah merubah hidupnya. Ia takkan melepaskan gadisnya sampe kapanpun.

"Okedehh.. kalo gitu mau di kasih nama siapa?"

"Ciel" ucapnya sambil mengusap kepalanya.

"Ciel???" Gabriel menyunggingkan senyumnya dan beranjak dari tempat 
duduknya. "Yuk pergi"

Pricilla pun ikut beranjak dari tempat duduknya "mau kemana?"

"Nyari kalung buat ciel. Biar dia resmi jadi milik kamu"

"Beneran???"

"Iyaaa sayangg yokkk" ucap gabriel gemas dan merangkul gadisnya menuju mobilnya. Pricilla yang mendengar hanya mampu tersenyum. 'Sayang' gabriel memanggilnya sayang ahhh serasa terbang kelangit tujuh seneng bangettt. Pengen rasanya ia memeluk tubuh gabriel untuk menyalurkan apa yang ia rasakan sekarang.

#ceritanyaudahdapetbarang"ciel

Sesampainya dirumah pricilla, pricilla mempersilahkan gab masuk.

"Tunggu yaa gab gue mau naruh ciel dulu di kamar. Lo mau minum apa? 
Oke deh"

"Dihh gue belom jawab apa apa juga"

"Hehehehe"

Pricilla menghampiri bibi di dapur. "Bi tolong bikinin minum yaa buat tamu di depan. saya mau naruh ini dulu di kamar"

"Lho non peliharaan baru?"

"Iya bii.. kasihan tadi di taman sendirian. Yaudah aku bawa pulang. Bantu 
aku rawat ya bi"

"Beres non"

"Yaudah bibi bikinin minum aja buat tamunya. Saya mau ganti baju"

"Iya non"


Pricilla naik ke lantai atas menuju kamarnya. Ia meletakkan ciel di dekat kasurnya. [ ciel ada di dalam kandang lhoo yaa ] . Pricilla segera mengganti bajunya dan menguncir rambutnya sembarangan. Pricilla balik menemui gab yang berada di bawah.

"Lho den yang waktu jenguk non cilla kan?"

"Iya bi. Panggil mas gabriel aja"

"Ah iya mas gabriel. Mas gabriel teman nya non cilla atau..."

"Ngg.. pacar bi" ucap gabriel sambil tersenyum.

"Ohh non cilla punya pacar tohh. Gapernah ke rumah atuh den kenalan sama tuan sama nyonya"

"Hehehe lagi banyak tugas bii jadi belom sempet. Paling paling nganter pricil sampe depan doang gasampe masuk"

"Oh gitu yasudah mas gabriel silahkan diminum. Bibi tinggal ke belakang dulu"

"Iya bi makasih"

Pricilla yang baru saja turun dari lantai atas langsung menghampiri gabriel.

"Maaf gab nunggu lama"

"Gapapa. Ah iya mama papa kemana?"

"Dih mama papa gue itu"

"Lha kan bakal jadi mama papa aku"

"Lhaa sodaraan sama lo gitu? Gamauuuuu"

"Iyaadehh yang maunya jadi istri akuu pahamm"

"Apadehh. Mama sama papa lagi keluar kota selama 2 minggu. Baru 
berangkat kemaren sore sih itupun karena ada urusan keluarga"

"Trus lo disini cuma sama bibi dong"

"Enggak sama bibi doang biasanya ada supir tapi anaknya lagi sakit jadi ijin. Trus ada ciel jugaaa"

"Yaudah gue nginep sini ajaa deh"

"Dih ngapain coba?" Pricilla mengkerutkan keningnya.

"Nemenin kamuuu sayangg"

"dihhh gaada yaa.. yang ada malah macem macem lo nya ogah"

"sama pacar sendiri gaboleh kek gitu"

"lhaa emang dosa gitu?"

"Durhakaaa nggak boleh sayang"

Pricilla hanya tersenyum mendengar ucapan gabriel. Tak ada suara lagi di antara mereka. Hening seketika. Gabriel membuka suara, menggenggam kedua tangan pricilla dan menghadapkan duduknya kearahnya.

"Priss"

"Yaa?"

"Kasih gue kesempatan buat memperbaiki sikap gue ke lo. Semua sikap dingin gue ke lo. Sikap cuek gue gak peduli sama lo. Maafin gue yaaa. Gue sadar gue salah udah sering bikin lo nunggu gara-gara janji gue. Dan gue lebih sadar lagi kalo gue mencintai lo"


Pricilla sedikit kaget mendengarnya. Apa benar yang di katakannya barusan. Pricilla mecoba mencubit pipinya #akh sakit. Dia tidak bermimpim jadi ini kenyataan. Gabriel berubah. Gab berubahhh. Udah nggak jadi pangeran es lagi? Yeayyy... pengorbanan ku gak sia sia dong yaaa.. selama ini ngadepin sifatnya yang kek patung. Ahhh pengen pelukk tapiii gengsii akhh.

"Priss kok diem? Lo mau kan mulai dari awal?"

"IYA GUE MAU KOK" pricilla sadar apa yang diucapkan barusan ia langsung menundukkan kepalanya menyembunyikan rasa malunya.

"Hahaha lucu bangett sihh pacar ku inii" ucap gabriel sambil menarik pricilla dalam dekapannya.

Akhh nyaman gab. Selalu gapernah berubah ketika gue di deket lo kek gini jantung gue selalu gak karuan.
Pricilla membalas pelukan gabriel dengan erat. Menyalurkan rasa yang sama. Rasa sayang yang besar terhadap satu sama lain. Gabriel melepaskan pelukannya dan menatap mata pricilla dengan lekat. Memandang gadisnya dengan penuh kasih sayang. Membuatnya mendekat pada wajah gadisnya menghapus setiap jarak di antara mereka. Membuat pricilla memejamkan matanya. Menikmati setiap hembusan nafas gabriel yang ia rasakan semakin dekat semakin dekat semakin dekat dan.......

"aww" pekiknya tertahan. Ia kaget saat kelincinya sudah melompat ke pangkuannya. Bergelut manja di pangkuannya. Dengan cepat pricilla mendorong tubuh gabriel, takut takut ada pembantunya yang melihat.

"Ck ganggu aja" ucap gabriel dengan tampang kesal.

"Hahaha.. kamu kok di sini? Mau main sama aku?" Tanya pricilla pada ciel.

"Pacar gue gila ngomong sama binatang" cibir iel pelan.

"Binatang kan makhluk hidup jadi harus di sayang"

"Gue di sayang nggak? Gue juga kan makhluk hidup"

"Enggg... gimana yaa?"

"Dih pake mikir.. Ujungnya jawabannya iya kann?" goda iel pada pricilla.

"Iyain ajalah daripada ribet" ucapnya sambil tersenyum.

"Dasar.. Engg priss kok bau gaenak ya?" ucapnya sedikit mengendus.

"Bau apaan gab?" tanya nya sambil ikut mengendus dan ternyata itu bau dari tubuh ciel.

"Keknya kita mesti mandiin ciel deh"

"Apa kita mandi bareng? Ayokk"

"Gab jangan mesum pliss. Gue gak ngajak mandi bareng. Tapi gue ngajakin 
mandiin ciel"

Gabriel hanya meng'o'kan perkataan pricilla saja. Kemudian pricilla berjalan menuju taman belakang rumahnya. Sudah ada kandang ciel di sana. entah sejak kapan kandang itu berada di sana. Mungkin bibi yang meletakkannya.

"Gab tolong nyalain keran itu dongg" pintanya pada gabriel. Gabriel menganggukan kepala nya dan berjalan menuju keran dan mulai menyalakan nya. Air yanh keluar dari keran itu mengalir melalui selang yang menempel pada keran tersebut. pricilla meletakkan ciel di dalam kandangnya. Dan mulai menyiram tubuh ciel dengan air tersebut dengan cara perlahan. Gabriel yang hanya menonton saja membuat lampu kuning pricilla menyala. Tanda peperangan akan di mulai #kkkk

"Gab gantian bentar dong. Gue mau ngambil handuk sama hairdrayer buat ciel" ucapnya sambil menyerahkan selang tersebut pada gabriel. Pricilla lari ke dalam rumah dan mengambil apa yang ia katakan tadi. Saat kembali ke halaman belakang pricilla berjalan mengendap-endap layaknya seorang maling. Pricilla dengan jahilnya menginjak selang yang berada di dekat nya. 
Membuat air itu tak keluar. Gabriel menyernyit heran.

"Lho kok mati sih?" Ucapnya sambil membalikan lubang selang ke arah mukanya.

Dan hap! pricilla sengaja mengangkat kakinya menjauhkan dari selang tersebut. Alhasil air yang tadi tak keluar berhasil menyembur ke muka gabriel.

"Asdfghjkl" ucap gabriel tidak jelas.
Pricilla yang melihatnya tertawa kenceng.

"Bwuahahahahahahaha"
Gabriel menjauhkan selang itu dari mukanya. "Perbuatan siapa nih?" Gabriel menoleh dan mendapati gadisnya tertawa keras dan ia berdiri tak jauh dari selang itu.

"Priss? Lo yang lakuin ini kan?"

"Hah? Huh huh.. aduh perut gue. Lakuin apaan coba?" Ucapnya pura pura 
tidak mengerti maksud gabriel.

"Jangan pura pura gatau deh. Kamu kan yang bikin aku basah kuyup kek gini?"

"Aduh gab. Gaboleh nuduh orang sembarangan. Lagian aku megang selang aja enggak kan?"

"Ck aku gak percaya sama kamu" ucapnya sambil menatap pricilla dengan sinis.

Pricilla yang melihat tatapan sinis gabriel bergidik ngeri. alarm bahaya telah berbunyi. Akan ada kejadian yang tak diinginkan terjadi padanya. Gabriel mendekat kearah pricilla dengan membawa selang yang daritadi ia pegang. Pricilla melihat gabriel semakin mendekat ia hanya bisa mundur dengan terus menerus hingga tubuh bagian belakanganya bertubrukan dengan tembok. Ia tak bisa ke mana mana lagi. Pricilla hanya bisa menggigit bagian bawah bibirnya saat tau tubuh gabriel semakin dekat ke arahnya. Senyum sinis gabriel merekah di bibirnya. Nafas pricilla tak beraturan. Seakan saling kejar mengejar. 

Detak jantungnya pun berdetak lebih cepat dari biasanya. 
Gabriel mengunci tubuh pricilla dengan kedua lengan kokohnya. Pricilla benar benar tak bisa kabur lagi. Gabriel mendekatkan wajahnya pada wajah gadisnya. Gabriel menahan tawa nya saat melihat pricilla memejamkan kedua matanya dengan kuat. Hembusan nafas pricilla benar benar tak beraturan. Gabriel semakin mendekatkan wajahnya. Hanya berjarak 1cm dari wajah pricilla gabriel menghentikan aksinya. Melihat wajah pricilla yang sudah merah menahan semuanya. Gabriel tersenyum miring dan mengangkat selang yang ia pegang mengarah ke atas. Seakan membuat hujan dengan tangannya sendiri. Gabriel kembali melanjutkan aksinya. 

Mendekat kan wajahnya ke wajah gadisnya dan mulai memiringkan kepalanya.

CUP

Pricilla merasakan sesuatu yang basah dan lembut menyentuh bibirnya. Dan ada air yang seakan ikut mengguyur tubuhnya. Pricilla membuka matanya, ia  melihat wajah gabriel dengan jarak yang sangat amat dekat. Dan gabriel mengambil FIRST KISS nya. Oh my! Tubuhnya seakan berhenti pada saat itu. Tak ada reaksi atau balasan dari pricilla. Mata mereka menatap satu sama lain. Seakan menjelaskan bahwa dirinya sangat mencintai orang yang sekarang berada di hadapannya ini. Gabriel melepas ciuman nya, kemudian menunjukkan senyum manisnya pada gadis yang ia cintai itu. Pricilla hanya menundukkan kepalanya. Menahan malu dan membuat semburat merah di pipinya. Gabriel mengangkat dagu pricilla. Mendaratkan ciumannya pada kening pricilla dengan penuh kasih sayanb. Membuat kebahagiaan yang benar benar pricilla tunggu selama ini dari seorang Gabriel Rendinata. Gabriel menatap mata pricilla "I Love You Priss" dan kemudian memeluk tubuh gadisnya dengan erat seakan tak mau kehilangan gadisnya. Pricilla yang mendapat perlakuan tersebut juga membalas pelukan hangat gabriel. "I Love You Too Gab"

 Ia bersyukur tuhan mendengarkan doa nya. Dan pengorbanan yang ia lakukan selama ini tak sia sia. Membuat hati pangeran es nya mencair.


TAMAT~